Minggu, 21 Mei 2017

Kisah 6 Kronor - Koe... (Chapter 1)


Prolog,

Sore itu sekitar pukul 17.30 Pesawat Turki Airlines yang membawa rombongan kami dari Indonesia tiba di Bandara Landvetter Goteborg – Swedia, setelah melewati perjalanan panjang lebih dari 20 jam di udara, dimulai dengan berangkat dengan Malaysia Airlines dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta di hari sabtu, tgl 29 April 2017 pukul 15.45 menuju Bandara Kuala Lumpur Malaysia, setelah transit kurang lebih 5 jam Lanjut penerbangan dengan Turki Airlines selama 9 jam 30 menit menuju Bandara Ataturk Istanbul Turki, disini sekitar 7 jam transit kemudian akhirnya terbang menuju Bandara Landvetter Goteborg, Swedia negerinya idolaku Zlatan Ibrahimovic.

Rombongan kami dari indonesia itu terdiri dari 10 orang, 6 orang pria dan 4 orang wanita, yang merupakan bagian dari 2 perwakilan pemerintahan daerah yaitu Kota Palu dan Kabupaten Sigi, sedangkan diriku merupakan perwakilan dari Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Palu, mungkin sebelum melanjutkan kisah perjalanan ini sebaiknya saya menjelaskan apa itu FKH Kota Palu dan bagaimana hubungannya dengan Pemerintah Kota Palu sehingga bisa menjadi baagian dari rombongan yang ikut serta dalam hubungan kerja sama dengan pemerintah Kota Boras - Swedia, So.. Let's Cekidot, Kawans... 

Mengenal Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Palu

FKH Kota Palu secara resmi dibentuk pada Tanggal 01 September 2013 di Baruga Lapangan Vatulemo Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan perwujudan dari Komunitas Hijau (Green Community) yang merupakan salah satu atribut dari 8 (delapan) Atribut Kota Hijau.

Trus.. Kota Hijau itu sejenis makhluk apa lagi ??? Apakah Kota Yang Berwarna Hijau... ??? Tenang.. Mari kota kupas satu persatu...

Program Pengembangan “KOTA HIJAU” (P2KH)

Di latar belakangi karena Peningkatan jumlah penduduk di kawasan perkotaan (urbanisasi) dan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan membawa berbagai konsekuensi masalah di Indonesia, diantaranya peningkatan angka kemiskinan perkotaan, kemacetan lalu lintas, kenaikan permukaan air laut, pemenuhan kebutuhan infrastruktur yang belum merata, makin banyaknya lingkungan kumuh, dan banjir. Sejumlah permasalahan tersebut memberi kontribusi pada peningkatan efek pemanasan global (perubahan iklim), sehingga Konsep pengembangan kota yang berkelanjutan merupakan salah satu solusi yang ditawarkan dalam berkontribusi pada permasalahan perubahan iklim melalui tindakan adaptasi dan mitigasi.

Dalam rangka mewujudkan kota/kawasan perkotaan yang berkelanjutan, Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, antara lain telah mengamanatkan secara tegas bahwa 30% dari wilayah kota/kawasan perkotaan harus berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan komposisi 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat. Preskripsi RTH 30% tersebut merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota/Kabupaten dan termuat di dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang RTRW Kota/Kabupaten.

Selaras dengan amanat Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 pasal 3, perlu diwujudkan suatu bentuk pengembangan kawasan perkotaan yang mengharmonisasikan lingkungan alamiah dan lingkungan buatan. Upaya untuk membangkitkan kepedulian masyarakat dan mewujudkan keberlangsungan tata kehidupan kota, antara lain dapat dilakukan dalam bentuk perwujudan Kota Hijau

Kota Hijau (Sumber : www.kotahijau.id)

Kota hijau merupakan kota yang ramah lingkungan, yang memanfaatkan sumber daya air dan energi secara efektif dan efisien, mengurangi limbah, menerapkan sistem informasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, serta mensinergikan lingkungan alami dan buatan. Berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Melalui Kementerian Pekerjaan Umum, salah satu langkah nyata pemerintah pusat bersama-sama dengan pemerintah propinsi dan pemerintah kota/kabupaten dalam memenuhi ketetapan UUPR, terkait pemenuhan luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan dan menjawab tantangan perubahan iklim di Indonesia, Maka pada peringatan hari tata ruang tahun 2011 di luncurkanlah Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH), dimana P2KH merupakan inovasi program perwujudan RTH perkotaan yang berbasis komunitas.
Dan Kota Palu adalah salah satu kota dari 60 Kota/Kabupaten di Indonesia sebagai pelopor Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang ditandai dengan penandatanganan Komitmen bersama Kementerian PU pada Tgl 7 November 2011 di Jakarta.

Penandatangan Piagam Komitmen Kota Hijau di Tahun 2011

Piagam Komitmen Kota Hijau - Kota Palu

Menyikapi 8 Atribut Kota Hijau

P2KH merupakan inisiatif untuk mewujudkan kota hijau secara inklusif dan komperehensif untuk mewujudkan 8 (delapan) atribut Kota Hijau, yang meliputi :

1. Perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan (Green Planning and Design),
2. Ketersediaan ruang terbuka hijau (Green Open Space),
3. Peningkatan peran masyarakat sebagai komunitas hijau (Green Community).
4. Konsumsi energi yang efisien (Green Energy),
5. Pengelolaan air yang efektif (Green Water),
6. Pengelolaan limbah dengan prinsip 3R (Green Waste),
7. Bangunan hemat energi atau bangunan hijau (Green Building),
8. Penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan (Green Transportation)

Pada tahap inisiasi tahun 2012, P2KH difokuskan pada perwujudan 3 (tiga) atribut, yaitu: perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan; perwujudan ruang terbuka hijau 30%; dan peningkatan peran masyarakat melalui komunitas hijau. Pada tahap selanjutnya mulai tahun 2013 sampai sekarang diharapkan akan dapat lebih diperluas lagi untuk atribut – atribut hijau lainnya, yang disesuaikan dengan anggaran dan kemampuan daerah untuk mewujudkannya.

Road Map Kota Hijau (Sumber : www.kotahijau.id)

Sejarah Pembentukan Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Palu

Forum Komunitas Hijau (FKH) di Kota Palu adalah Forum Komunikasi antar Komunitas / Kelompok warga yang peduli pada masalah lingkungan dan social budaya di kota palu, terutama membangun interaksi social warga terhadap pemanfaatan ruang terbuka hijau (rth) di kota. Sehingga FKH terdiri dari kumpulan perwakilan komunitas / kelompok warga diatas dan bukan sebuah komunitas baru.

Komunitas / Kelompok warga yang menjadi anggota FKH kota Palu adalah perkumpulan yang sifat keanggotaanya terbuka, berorientasi social (bukan profit, seperti koperasi misalnya) dan sudah aktif dalam 1 (satu) tahun terakhir mengadakan kegiatan – kegiatan yang mengangkat isu lingkungan dan social budaya di kota palu dan sekitarnya.

Komunitas – Komunitas yang ikut bergabung dalam wadah FKH Kota Palu, dari tahun 2012 hingga saat ini lebih dari 20 komunitas hijau, namun tidak semuanya selalu aktif dalam kegiatan – kegiatan lapangan dikarenakan jadwal dan kesibukan masing – masing komunitas yang ada tidaklah sama.

Tujuan :

1.       Meningkatkan pemahaman dan kepedulian warga tentang pentingnya Kota Hijau
2.       Menggali/menampung Aspirasi Warga tentang Kota Hijau
3.   Mengajak warga untuk terlibat dan memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai bentuk rasa memiliki RTH yang ada
4.       Forum Komunitas Hijau (FKH) sebagai mitra pemerintah kota dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH Kawasan perkotaan (30 % RTH).

Green Community / Komunitas Hijau (Sumber : www.kotahijau.id)

Pada awal pelaksanaan P2KH di Kota Palu pada tahun 2012, yang terlibat dalam Komunitas Hijau Kota Palu adalah komunitas – komunitas yang sebelumnya ikut mendukung pelaksanaan Program Green & Clean dari Pemkot Palu, kemudian dalam perjalanannya hingga tahun 2013 untuk lebih terorganisir dalam mewadahi kegiatan – kegiatan komunitas hijau yang ada agar lebih berkelanjutan maka pada pertemuan komunitas hijau yang dilaksanakan di Baruga Lapangan Vatulemo pada tanggal 1 September 2013 disepakati untuk membentuk Wadah yang diberi nama “Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Palu” dengan Koordinator terpilih saudara Moh. Ruslan,ST dari Komunitas RTH Dia-Lo-Gue dan aktif hingga saat ini.

Dokumentasi Kegiatan Komunitas - Komunitas Hijau Kota Palu 2012 - 2016

Nah, dalam perjalanannya FKH Kota Palu sebagai Mitra bagi Pemerintah Kota Palu dalam perwujudan Kualitas dan Kuantitas RTH mencapai minimal 30 % di Kota Palu, dari tahun 2012 sering berpartisipasi dalam diskusi - diskusi grup terbatas / Focus Group Discussion (FGD), salah satunya dalam mendukung program Symbio City yang merupakan kerja sama lanjutan Pemkot Palu - Indonesia dan Pemkot Boras - Swedia pada tahun 2013 ("Symbio City" atau Kota Kembar dengan model dari Swedia yakni Kota Boras, dimana Pemerintah Swedia bersama dengan Direktorat Jenderal Perencanaan Tata Ruang Kementrian Pekerjaan Umum menyeleksi 63 Kota di indonesia untuk dijadikan Kota Kembar dengan Kota Boras dan terpilihlah 3 Kota yakni Kota Surakarta - Provinsi Jawa Tengah, Kota Denpasar - Provinsi Bali dan Kota Palu - Provinsi Sulawesi Tengah, Sumber : http://www.den.go.id/inex.php/dinamispage/index/285). 

Kerja sama ini juga merupakan kelanjutan kerja sama antara Universitas of Boras - Swedia dan Universitas Tadulako - Palu dari tahun 2008 di bidang lingkungan khususnya Pengelolaan Sampah menjadi energi Listrik dari Biogas di TPA Kawatuna Kota Palu. Berdasarkan sumber yang terpercaya, selain pertimbangan sudah pernah melaksanakan kerja sama dibidang pengelolaan sampah diatas dengan Boras - Swedia, salah satu pula pertimbangan pula kenapa Kota Palu mendapatkan program Symbio City tersebut, yaitu sebagai Reward karena Kota Palu telah melaksanakan Program P2KH yang juga dari Direktorat Jenderal Perencanaan Tata Ruang Kementrian PU dari tahun 2012, yang mana program Symbio City juga menganut konsep kota yang berkelanjutan dengan pendekatan 7 Atribut Hijau dan hanya minus atribut Green Community (Komunitas Hijau) doank.

Bahkan pada tanggal 26 mei tahun 2015, melalui kegiatan Temu Komunitas Kota Palu bersama Tim Symbio City - Swedia di Restaurant Kampung Nelayan Talise - Kota Palu, Fiqih Aprilia dari Komunitas Sahabat Pulau Palu yang merupakan salah satu anggota yang bergabung di Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota palu, Terpilih melalui seleksi khusus yang dilakukan Tim dari Swedia dari beberapa komunitas yang diundang presentasi pada hari itu. Sehingga mendapatkan kesempatan untuk dikirim ke Navet Science Center di Kota Boras - Swedia untuk mendapatkan Pelatihan sehubungan dengan kelanjutan program kerja sama Pemkot Boras dan Pemkot Palu di bidang Pendidikan Lingkungan khususnya terkait Perwujudan Sekolah Ramah Anak Ramah Lingkungan di SDN Kawatuna Kota Palu.

Temu Komunitas Hijau Kota Palu Tahun 2015 bersama Tim Symbiocity - Swedia di Restaurant Kampung Nelayan Talise - Kota Palu.

Pelaksanaan Seleksi oleh Tim Symbio City - Swedia

Fiqih Aprilia dari Komunitas Sahabat Pulau Palu akhirnya terpilih dari beberapa Komunitas Hijau yang hadir

Dan di bulan april tahun 2017 kali ini, merupakan pemberangkatan Tahun yang ketiga kalinya bagi Fiqih bersama rombongan guru - guru SDN Kawatuna Kota Palu yang terpilih.

Berita di Surat kabar Swedia. (Sumber : FB Fiqih Aprilia)

Jadi.. sudah paham kan kenapa FKH Kota Palu bisa ikut dalam rombongan ini ke Kota Boras - Swedia ???

Klo belum.. untuk lebih komprehensif terkait Penjelasan tentang Keberadaan FKH Kota Palu boleh membaca Buku "Menghijau dan Berkelanjutan" (Refleksi Program Kota Hijau Kota Palu 2011 - 2016) Hasil Karya kami sendiri bersama Tim P2KH Kota Palu, yang telah kami launching pada Kegiatan Temu Komunitas Kota Palu Tahun 2016, bertempat di Aula Kantor BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah pada tgl 10 Desember 2016, jika berminat untuk memiliki soft copynya bisa menghubungi kami via alamat yang tertera di sampul belakang buku tersebut, atau bisa langsung ke alamat emailku : allan.gafur@gmail.com

Sampul Depan Buku "Menghijau & Berkelanjutan"

Sampul Belakang Buku "Menghijau & Berkelanjutan)

So.. Mari kita kembali ke kisah perjalanan ini...

Hari pertama, Minggu tgl 30 April 2017

Alhamdulillah, Cuaca Sore itu sangat cerah, matahari terlihat tampak cukup garang menyambut kami karena musim semi telah tiba, akan tetapi saat keluar dari pesawat dan menuju Bus yang membawa kami ke terminal kedatangan.. langsung terasa sambutan angin yang sangat dingin berhembus menyadarkan kita bahwa ini tanah Eropa dan bukan tanah Sulawesi khususnya Kota Palu yang panasnya menyengat karena mataharinya lebih dari satu itu. Kuurungkan niat untuk melepaskan jaket dan tutup kepala serta lilitan scarf di leher, setelah melapor ke bagian imigrasi kedatangan dan selesai pemeriksaan passport dan sidik jari, kamipun mengambil bagasi, tak begitu lama kemudian ternyata sudah ada mobil yang menjemput dan menunggu kami, setelah berfoto bareng bersama rombongan didepan bandara, kamipun diantar menuju tempat penginapan kami di Kota Boras, yg berjarak sekitar kurang lebih 1 jam perjalanan dari bandara Goteborg tsb. Sesampainya di Hotel Scandic Plaza, malam pun tlah tiba dan kami semua masuk ke kamar masing – masing dan tertidur karena lelah.

Aaaaah.. karena saya juga lelah mengetik, istrahat dulu ya.. nanti dilanjut lagi kisahnya, See.. U.. Next, Kawans...

To Be Continue.. in Chapter 2...

Foto Bareng di Bandara Landvetter Goteborg – Swedia (Sumber : FB Ibu Diah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar